Hanya Uni Soviet, China, dan AS yang telah berhasil mendarat di bulan, dan hanya NASA yang telah mengirim astronot ke sana.
Misi baru India ini muncul setelah negara itu membuat sebuah terobosan dalam meningkatkan kerja sama dengan AS di luar angkasa. India juga sedang berdiskusi dengan Jepang untuk bekerja sama misi ke bulan, ungkap Ketua ISRO S Somanath di New Delhi, Senin (10/7/2023).
Selama kunjungan kenegaraan Perdana Menteri Narendra Modi ke Washington bulan lalu, India menandatangani Perjanjian Artemis, yang mengatur misi-misi bersama dan eksplorasi ruang angkasa sipil. Perjanjian ini adalah sebuah kerangka kerja yang didukung AS dengan lebih dari dua lusin negara lainnya, tetapi tidak termasuk China dan Rusia.
NASA dan Organisasi Penelitian Antariksa India juga menyetujui sebuah misi bersama tahun depan yang akan mencakup pengiriman seorang astronot India ke Stasiun Antariksa Internasional.
Infrastruktur ruang angkasa India mencakup 25 satelit pengamatan Bumi dan sekitar 30 satelit lainnya, tulis Somanath dalam sebuah artikel di Yojana edisi bulan Mei.
Hal ini menempatkan India jauh di belakang China, yang memiliki 590 satelit yang beroperasi pada akhir tahun 2022, menurut Union of Concerned Scientists. Adapun roket-roket China telah membawa lebih dari dua lusin orang ke luar angkasa sejak astronot pertama China, Yang Liwei, pergi ke orbit pada tahun 2003.
Dengan menandatangani Perjanjian Artemis dan membuat NASA setuju untuk mengirim seorang astronot India ke ISS, Modi dapat memperoleh keuntungan politik ketika ia bersiap untuk meminta para pemilih tahun depan untuk memperpanjang masa jabatannya sebagai perdana menteri hingga satu dekade kedua, kata Konark Bhandari, seorang rekan di Carnegie India, afiliasi Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis di New Delhi.
"Akan sangat mengesankan untuk memiliki seorang astronot sendiri di luar angkasa sebelum pemilihan umum," katanya.
(bbn)