Dia menyarankan agar pemerintah mengacu pada contoh Bandara Internasional Kualanamu di Sumatra Utara.
Pada saat Kualanamu mulai dioperasikan pada Juli 2013, Bandara Polonia Medan langsung ditutup. Walhasil, maskapai dan penumpang terpaksa berpindah dan memaksimalkan fasilitas badara terbesar ketiga di Indonesia setelah Soekarno-Hatta dan Kertajati itu.
Menurut Gatot, preseden Kualanamu dapat diaplikasikan di Kertajati pada saat penerbangan komersial berbasis pesawat jet direlokasikan dari Bandara Internasional Husein Sastranegara Bandung.
“Selain itu, jangan tanggung-tanggung. Bandara Husein tuh ditutup untuk penerbangan sipil ya jadi mengacunya pada Bandara Kualanamu. Waktu Bandara Kualanamu diresmikan, Bandara Polonia ditutup, jadi semua lari ke Kualanamu. Itu kan jaraknya [dari Medan ke Kualanamu] sama [seperti Bandung ke Kertajati] ,” tuturnya.
Di sisi lain, pengamat penerbangan Alvin Lie berpandangan pesimistis bahwa Bandara Kertajati akan mampu bersaing dengan bandara-bandara internasional lainnya yang berlokasi lebih dekat dengan kota.
Menurutnya, Bandara Kertajati sebelumnya sudah dua kali diupayakan untuk beroperasi penuh. Ketika pertama kali resmi dibuka pada Juli 2019, maskapai diminta untuk relokasi ke Kertajati, tetapi ternyata jumlah penumpang yang didapatkan tidak memadai.
Akibatnya, kata Alvin, banyak maskapai yang akhirnya menarik diri dari Bandara Kertajati lantaran tidak sanggup menanggung kerugian biaya operasional.
Sebelum pandemi Covid-19, lanjutnya, pemerintah juga pernah mencoba menghidupkan kembali Bandara Kertajati dengan menyediakan layanan bus DAMRI gratis dari Bandung. Namun, upaya tersebut tidak bertahan lama dan maskapai pun kembali berguguran dari bandara itu.
Alvin mengatakan pemerintah juga sudah pernah menutup Bandara Husein Sastranegara dan ‘memaksa’ penumpang untuk terbang melalui Bandara Kertajati. Namun, lagi-lagi, updaya tersebut gagal lantaran para penumpang justru beralih ke bandara di Jakarta dan Tangerang.
“Saat ini yang pemerintah lihat, hanya dengan sudah dioperasikannya Jalan Tol Cisumdawu, itu akan mempermudah warga Bandung untuk terbang dari dan ke Kertajati. Atau, dengan ditutupnya Bandara Husein, pemerintah berharap warga Bandung atau pengunjung Bandung serta-merta pindah ke Kertajati,” ujar Alvin.
Ditambah lagi, sambung Alvin, Kereta Cepat Jakarta—Bandung (KCJB) akan mulai beroperasi pada Agustus dan diharapkan dapat memangkas waktu perjalanan antara kedua kota tersebut.
Permasalahannya, menurut Alvin, lokasi stasiun KCJB di Jakarta berdekatan dengan Bandara Internasional Halim Perdanakusuma. Hal tersebut selayaknya menjadi perhatian pemerintah lantaran KCJB justru berisiko memperketat persaingan menggaet penumpang antara Bandara Halim dan Bandara Kertajati.
“Yah, yang lebih realistis memang Bandara Kertajati tetap menjadi bandara pengangkut jemaah umrah untuk Jawa Barat. Itu lebih realistis untuk mengurangi beban Bandara Internasional Soekarno-Hatta Tangerang khusus dari jemaah wilayah Banten dan Jabar. Kalau sampai ke provinsi-provinsi lain, itu konektivitasnya berat lagi,” tuturnya.
PT Angkasa Pura II (AP II) sebelumnya memastikan Bandara Internasional Kertajati sudah siap untuk mengakomodasi peningkatan trafik penerbangan mulai Oktober 2023.
Pada saat Kertajati beroperasi penuh, Bandara Husein Sastranegara akan nantinya melayani angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri dengan pesawat baling-baling, angkutan udara niaga tidak berjadwal dalam negeri, serta angkutan udara bukan niaga dalam negeri seperti penerbangan militer, kenegaraan dan evakuasi medis.
(wdh)