Shoko Oda - Bloomberg News
Bloomberg, Perusahaan Jepang berencana membuang lebih dari 1 juta meter kubik air radioaktif ke Samudera Pasifik. Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol ingin mengirimkan para ahli dari negaranya sendiri untuk membantu memantau pelepasan air olahan tersebut.
Menurut pernyataan dari kantor kepresidenan Korea Selatan, permintaan tersebut disampaikan oleh Presiden Yoon Suk Yeol dalam diskusi dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida di sela-sela KTT NATO di Lithuania pada Rabu (12/7/2023).
Yoon Suk Yeol meminta pemimpin Jepang menghentikan pelepasan air jika terjadi ketidaknormalan, seperti konsentrasi bahan radioaktif yang melebihi standar.

Mengenai permintaan Yoon Suk Yeol, Kementerian Luar Negeri Jepang merespons melalui pernyataan terpisah yang mengatakan bahwa jika ada masalah yang muncul, tidakan tepat akan diambil. Termasuk penghentian segera pembuangan air limbah.
Sejak menjabat, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol berusaha memperbaiki hubungan dengan Jepang yang mengarah pada peningkatan hubungan antara kedua negara. Pemerintahnya telah mendukung rencana pelepasan air tersebut, namun langkah itu tetap memicu kekhawatiran keamanan publik di Korea Selatan.
Rencana Tokyo Electric Power Co. (Tepco) membuang air limbah, yang setara dengan isi dari sekitar 500 kolam renang ukuran Olimpiade, juga menuai kritik keras dari China. Negara tersebut kemudian melakukan perpanjangan larangan impor makanan dari Fukushima.
Pekan lalu, Badan Energi Atom Internasional mengeluarkan laporan komprehensif tentang rencana pembuangan air radioaktif. Mereka menyimpulkan bahwa proposal tersebut "akan memiliki dampak radiologis yang tak berarti pada manusia dan lingkungan."
Air tersebut diproses untuk menghilangkan sebagian besar unsur radioaktif kecuali tritium, kemudian akan diencerkan dengan air laut hingga konsentrasinya berada di bawah tingkat standar internasional. Jepang dan Tepco, yang mengoperasikan PLTN Fukushima Dai-ichi, mengatakan pembuangan air limbah diperlukan sebagai bagian dari upaya menonaktifkan lokasi bencana nuklir.
--Dengan asistensi Isabel Reynolds dan Emily Yamamoto.
(bbn)