Logo Bloomberg Technoz

Selain bioetanol, sambungnya, sumber daya energi terbarukan di Indonesia yang paling potensial adalah panas bumi atau geothermal. Potensi panas bumi RI dikatakan mencakup 25% dari potensi yang dimiliki dunia.

“Harapannya potensi-potensi itu tidak berhenti menjadi potensi saja, tetapi betul-betul harus dipikirkan bagaimana pengembangan geothermal Indonesia untuk dijadikan biofuel dan biomass,” ujarnya.

Permintaan bahan baku untuk biofuel. (Sumber: Bloomberg)

Sebelumnya, uji coba massal penggunaan bioetanol untuk bahan bakar ramah lingkungan sudah dilakukan PT Pertamina (Persero), melalui bauran bensin oktan 92 atau Pertamax dengan bahan bakar nabati (BBN) bioetanol. Bahan bakar itu dinamai Pertamax Green 95.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut pencampuran Pertamax dengan bioetanol 5% akan menghasilkan bensin dengan oktan 95 atau setara dengan Pertamax Plus.

“Harganya seharusnya enggak berpengaruh [terhadap] harga BBM [bahan bakar minyak] yang sudah ada sekarang. Itu Pertamax yang dicampur [bioetanol] sehingga oktannya naik,” katanya ketika ditemui di Kantor Kementerian ESDM, akhir Juni.

Saat ini, bensin dengan oktan 95 hanya dijual oleh stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) swasta. Per 1 Juni 2023, bensin tersebut dibanderol di rentang harga Rp13.200—R[13.400 per liter di SPBU milik BP AKR, Shell, dan Vivo.

Arifin menyebut pencampuran BBM dengan BBN seperti bioetanol bukanlah sesuatu yang baru. Beberapa negara di dunia sudah lebih dahulu mengimplementasikannya dengan tujuan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.

“Banyak negara lain yang sudah pakai. Sekarang giliran kita manfaatkan metanol dari bioetanol supaya bisa jadi alternatif kurangi bahan bakar fosil,” ujarnya.

Dia belum bisa memastikan kapan bensin hasil pencampuran Pertamax dan bioetanol akan mulai dipasarkan. Namun yang jelas, bensin tersebut akan diuji coba terlebih dahulu di dua kota di Jawa Timur, yakni Surabaya dan Mojokerto.

(wdh)

No more pages