"Investor sebaiknya realokasi portofolio dari SUN tenor panjang 10 dan 15 tahun ke tenor pendek 2 tahun. Perhitungan kami, yield INDOGB 10 tahun hari ini bisa semakin turun ke kisaran 6,05%-6,15%," kata Lionel Prayadi, Macro Strategist Samuel Sekuritas dalam catatan, Kamis (13/7/2023).
Yield SUN tenor 10 tahun hari ini mencatat rekor terendah setidaknya sejak Oktober 2021. Dengan langkah pemerintah mengurangi emisi SUN di sisa tahun ini dengan penurunan sampai 49%, reli SUN diperkirakan akan semakin panjang berlangsung.
Analis memperkirakan yield SUN 10 tahun bisa di bawah 6% sebelum pergantian tahun.
Pasokan Terbatas
Reli SUN juga diprediksi akan semakin berlanjut di tengah prediksi langkah Bank Indonesia yang kemungkinan masih akan menahan diri menjual SUN dalam rangka mengurangi beban neraca. Langkah BI itu diperkirakan lebih mungkin terjadi mengingat tekanan pada rupiah yang masih besar akibat tren bunga acuan global.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan RI, sebanyak 75% dari total Rp1.100 triliun SUN yang dibeli oleh Bank Indonesia sebagai bagian dari skema 'burden sharing' tercatat jatuh tempo antara 2025-2030.
BI diperkirakan akan secara aktif menghindari upaya pengurangan beban neraca saat ini menyusul kekhawatiran bahwa apabila menempuh langkah itu ketika tren bunga acuan global masih tinggi, maka dapat memicu pelemahan nilai tukar rupiah lebih lanjut.
"Bank Indonesia mungkin akan mengombinasikan penjualan obligasi dari skema burden sharing dengan memegangnya sampai jatuh tempo," kata Lin Jing Leong, analis Columbia Threadneedle Investment di Singapura seperti dikutip Bloomberg News, Kamis (13/7/2023).
Analis Goldman Sachs Rina Jio memberi pandangan serupa di mana langkah BI diperkirakan akan memegang SUN sampai jatuh tempo ketimbang menjualnya. Itu akan membuat suplai SUN di pasar akan semakin terbatas setidaknya dalam satu sampai dua tahun ke depan.
Alhasil, potensi penguatan harga surat utang terbitan pemerintah RI akan semakin panjang.
Indeks Bloomberg yang mengukur return SUN bagi pemodal asing mencatat kenaikan 10% tahun ini, menjadikan surat utang RI sebagai obligasi negara paling menguntungkan di emerging market Asia.
Pemodal asing juga mencatat nilai pembelian obligasi negara Indonesia sebesar US$4,6 miliar sepanjang tahun ini, menjadi yang terbesar sejak 2019.
(rui/aji)