Alvin menambahkan Bandara Kertajati sebelumnya sudah dua kali diupayakan untuk beroperasi penuh. Ketika pertama kali resmi dibuka pada Juli 2019, maskapai diminta untuk relokasi ke Kertajati, tetapi ternyata jumlah penumpang yang didapatkan tidak memadai.
Akibatnya, kata Alvin, banyak maskapai yang akhirnya menarik diri dari Bandara Kertajati lantaran tidak sanggup menanggung kerugian biaya operasional.
Sebelum pandemi Covid-19, lanjutnya, pemerintah juga pernah mencoba menghidupkan kembali Bandara Kertajati dengan menyediakan layanan bus DAMRI gratis dari Bandung. Namun, upaya tersebut tidak bertahan lama dan maskapai pun kembali berguguran dari bandara itu.
Baca Juga: Bandara Kertajati Kebanggaan Jokowi, tapi Sulit Memikat Penumpang
Alvin mengatakan pemerintah juga sudah pernah menutup Bandara Husein Sastranegara dan ‘memaksa’ penumpang untuk terbang melalui Bandara Kertajati. Namun, lagi-lagi, updaya tersebut gagal lantaran para penumpang justru beralih ke bandara di Jakarta dan Tangerang.
“Saat ini yang pemerintah lihat, hanya dengan sudah dioperasikannya Jalan Tol Cisumdawu, itu akan mempermudah warga Bandung untuk terbang dari dan ke Kertajati. Atau, dengan ditutupnya Bandara Husein, pemerintah berharap warga Bandung atau pengunjung Bandung serta-merta pindah ke Kertajati,” ujar Alvin.
Persaingan dengan Halim
Ditambah lagi, sambung Alvin, Kereta Cepat Jakarta—Bandung (KCJB) akan mulai beroperasi pada Agustus dan diharapkan dapat memangkas waktu perjalanan antara kedua kota tersebut.
Permasalahannya, menurut Alvin, lokasi stasiun KCJB di Jakarta berdekatan dengan Bandara Internasional Halim Perdanakusuma. Hal tersebut selayaknya menjadi perhatian pemerintah lantaran KCJB justru berisiko memperketat persaingan menggaet penumpang antara Bandara Halim dan Bandara Kertajati.
“Yah, yang lebih realistis memang Bandara Kertajati tetap menjadi bandara pengangkut jemaah umrah untuk Jawa Barat. Itu lebih realistis untuk mengurangi beban Bandara Internasional Soekarno-Hatta Tangerang khusus dari jemaah wilayah Banten dan Jabar. Kalau sampai ke provinsi-provinsi lain, itu konektivitasnya berat lagi,” tuturnya.
PT Angkasa Pura II (AP II) sebelumnya memastikan Bandara Internasional Kertajati sudah siap untuk mengakomodasi peningkatan trafik penerbangan mulai Oktober 2023.
Presiden Direktur AP II Muhammad Awaluddin mengatakan saat ini perusahaan sudah berkoordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan di Bandara Kertajati untuk mempersiapkan aspek operasional dan layanan sejalan dengan rencana pengalihan penerbangan di Bandara Husein Sastranegara ke Kertajati.
Lebih lanjut, dia mengatakan AP II tengah menggodok skema dukungan bagi maskapai untuk mempermudah kepindahan sejumlah operasional dari Bandara Husein Sastranegara ke Bandara Kertajati.
Skema dukungan juga akan disiapkan bagi penyedia transportasi darat sehingga dapat mempermudah para operator dalam membuka layanan. Namun, dia tidak mendetailkan seperti apa bentuk fasilitasi tersebut.
“Konektivitas penerbangan di Jawa Barat dapat makin kuat dan makin baik dengan dilakukannya penataan rute penerbangan, didukung dua bandara yang sama-sama aktif serta optimal melayani penerbangan. Kedua bandara itu beroperasi melayani segmentasi penerbangan yang berbeda,” ujarnya, Rabu (12/7/2023).
Dia menjelaskan Bandara Husein Sastranegara akan nantinya melayani angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri dengan pesawat baling-baling, angkutan udara niaga tidak berjadwal dalam negeri, serta angkutan udara bukan niaga dalam negeri seperti penerbangan militer, kenegaraan dan evakuasi medis.
(wdh)