Logo Bloomberg Technoz

Puncak Bunga Acuan Fed Sudah Dekat, Obligasi dan Saham Siap Reli

Ruisa Khoiriyah
13 July 2023 11:30

Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Kekhawatiran pelaku pasar terhadap tekad Federal Reserve yang melanjutkan lagi jalur pengetatan moneter di sisa tahun ini, mulai mereda menyusul data inflasi Amerika pada Juni yang memperlihatkan perlambatan di bawah ekspektasi pasar.

Inflasi di negeri Paman Sam yang semakin landai memperlihatkan upaya pengetatan moneter secara agresif yang ditempuh oleh bank sentral AS sejak 2022 mulai menunjukkan hasil. Inflasi Consumer Price Index (CPI) Amerika pada Juni melandai ke 3% year-on-year (yoy), lebih rendah dibandingkan perkiraan pasar dengan laju inflasi inti juga semakin reda di kisaran 4,8% yoy, menjadi yang terendah sejak 2021.

Walau level inflasi tersebut itu masih jauh dari target Federal Reserve di angka 2%, data termutakhir itu memberi optimisme pada pelaku pasar global bahwa jalur pendakian bunga acuan the Fed sudah mendekati puncak. Di pasar swap, para analis pasar dan trader menurunkan probabilitas skenario kenaikan Fed fund rate (FFR) 5,75%.

Pada akhir Juli dalam gelar FOMC the Fed, pasar memperkirakan Jerome Powell dan koleganya akan menaikkan bunga ke level 5,25%-5,5%. 

Pelaku pasar berekspektasi level FFR itu akan menjadi 'terminal rate' dengan menurunkan perkiraan kenaikan bunga acuan di sisa tahun. Ekspektasi kenaikan bunga the Fed ke kisaran 5,50%-5,75% menurun dari semula sebesar 22,3% pada Rabu lalu, langsung anjlok menjadi 14,8%.