Terbaru, depresiasi mata uang Negeri Paman Sam disebabkan oleh rilis data inflasi. US Bureau of Labor Statistics melaporkan, laju inflasi pada Juni 2023 tercatat 3% year-on-year (yoy). Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 4% dan menjadi yang terendah sejak Maret 2021.
Perkembangan ini membuat pasar meyakini bahwa puncak kenaikan suku bunga acuan oleh The Federal Reserve/The Fed sudah dekat.
“Pandangan bahwa The Fed sudah dekat dengan akhir siklus pengetatan moneter tentu melegakan. Kita bisa dengan yakin mengatakan bahwa ini adalah petunjuk bagi pelemahan dolar AS,” tegas Bipan Rai, Global Head of FX Strategy di CIBC, seperti dikutip dari Bloomberg News.
“Disinflasi menjadi tema saat ini. Perkiraan bahwa suku bunga acuan akan naik bulan ini dan kemudian berhenti sudah berhembus di pasar,” tambah Jordan Rochester, Strategist Nomura, juga diberitakan Bloomberg News.
Awas Koreksi Teknikal
Dolar AS dan harga emas memiliki hubungan yang berbanding terbalik. Biasanya, harga emas akan naik saat dolar AS lesu.
Ini karena emas adalah aset yang dibanderol dalam dolar AS. Ketika dolar AS melemah, maka emas menjadi lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan emas pun naik, dan harga ikut terungkit.
Akan tetapi, kenaikan harga emas yang sudah cukup tinggi belakangan ini membuat risiko koreksi meninggi. Pada pukul 08:43 WIB, harga emas dunia di pasar spot tercatat US$ 1.959,55/ons.
Secara teknikal, harga emas bisa turun menuju titik support terdekat di US$ 1.955,71/ons. Jika tertembus, maka kemungkinan harga akan menuju titik support selanjutnya di US$ 1.952,29/ons.
(aji)