Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg, Perang di Ukraina akan terus berlanjut hingga negara-negara Barat menghentikan rencana untuk mendominasi dan mengalahkan Moskow. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dalam wawancara dengan media yang diunggah situs resmi kementerian pada Selasa (11/7/2023).

Lavrov mengatakan, tujuan kolektif Amerika Serikat (AS) dan sekutunya adalah untuk memperkuat dominasi global. Selain itu perang di Ukraina terus memanas karena AS dan sekutunya masih memasok senjata ke Ukraina.

"Lalu mengapa konfrontasi bersenjata di Ukraina tidak berhenti? Jawabannya sangat sederhana. Hal tersebut akan terus berlanjut sampai Barat meninggalkan rencananya untuk mempertahankan dominasi dan obsesinya untuk mengalahkan Rusia melalui tangan boneka mereka, yaitu Kiev," kata Lavrov.

"Sejauh ini, belum ada tanda-tanda perubahan dalam posisi mereka dan kami melihat bagaimana Amerika dan sekutunya terus menerus memasok senjata ke Ukraina dan mendorong Vladimir Zelenskyy untuk melanjutkan pertempuran." 

Diketahui, AS berencana mengirim bom klaster yang kontroversial ke Ukraina. Langkah tersebut dikecam oleh negara-negara Asia Tenggara yang hingga kini masih berjuang membersihkan amunisi klaster yang disebar oleh pasukan AS selama Perang Vietnam.

Rusia mulai melakukan invasi skala penuh di Ukraina pada Februari 2022. Mereka menyebut invasi tersebut sebagai operasi militer khusus untuk denazifikasi Ukraina. Sementara Kyiv dan sekutunya menyebut perang, yang sudah memasuki bulan ke-17 sebagai agresi untuk merebut tanah.

Selain itu Lavrov menuding Kyiv mengabaikan inisiatif dari negara berkembang termasuk usulan Presiden Joko Widodo dalam kunjungan ke Moskow pada Juni 2022 tentang gencatan senjata. Lavrov juga menyinggung soal usulan damai Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang ditolak oleh Ukraina.

"Tampak jelas juga sikap Barat dalam mengabaikan inisiatif yang datang dari negara berkembang, termasuk usulan yang disampaikan oleh Presiden Indonesia Jowo Widodo dalam kunjungannya ke Moskow pada 30 Juni 2022. Dia berbicara tentang perlunya gencatan senjata, memastikan bantuan kemanusiaan dan ketahanan pangan, serta menyatakan kesiapannya untuk 'menjalin komunikasi' antara pemimpin Rusia dan Ukraina," kata Lavrov.

"Perihal proposal penyelesaian krisis Ukraina 3 Juni 2023. Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto juga sempat mengemukakan pendapatnya. Namun usulannya langsung ditanggapi pedas oleh Kyiv dikatakan bahwa mereka tidak butuh mediator saat ini," lanjutnya.

(bbn)

No more pages