Berbicara kepada wartawan pada Rabu (01/02/2023) di Washington, Powell mengatakan para pembuat kebijakan memperkirakan kenaikan suku bunga lebih banyak dari kisaran target 4,5% menjadi 4,75%.
The Fed telah melakukan pengetatan paling agresif sejak 1980-an untuk memadamkan inflasi di AS. Kenaikan 25 basis poin pada Rabu adalah moderasi dari kenaikan setengah poin pada bulan Desember dan empat kenaikan 75 basis poin sebelumnya.
Para ekonom Bloomberg, Anna Wong, Eliza Winger dan David Wilcox menyatakan data inflasi yang lemah dalam beberapa bulan terakhir belum cukup meyakinkan bagi Fed untuk mempertimbangkan menghentikan kenaikan suku bunga.
“Dengan merujuk pada kenaikan suku bunga yang sedang berlangsung, FOMC mengisyaratkan bahwa mereka mengharapkan setidaknya dua kenaikan 25 basis poin lagi,” ujar mereka.
Powell mengakui bahwa ekonomi AS kini berada di era "disinflasi" dengan meredanya tekanan harga. Namun ia masih memerlukan lebih banyak data sebelum bank sentral AS mantap bahwa kerja mereka memerangi inflasi usai.
“Kami pikir kami telah membahas banyak hal,” kata Powell. “Meski begitu, kami memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.”
Soal kenaikan suku bunga mungkin akan segera mereda, the Fed mengatakan bahwa tingkat kenaikan suku bunga di masa depan akan bergantung pada sejumlah faktor termasuk pengetatan kumulatif kebijakan moneter.
"Kami telah menaikkan suku bunga empat setengah poin persentase, dan kami berbicara tentang beberapa kenaikan suku bunga lagi untuk mencapai tingkat yang menurut kami cukup membatasi," kata Powell.
Investor melihat ruang gerak yang cukup untuk menilai bahwa Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin di paruh kedua.
“The Fed terdorong oleh kemajuan yang telah mereka lihat,” kata Sarah House, ekonom senior di Wells Fargo & Co.
“Tapi mereka masih sedikit kelelahan, apakah pengetatan yang dilakukan ini cukup untuk menurunkan inflasi menjadi 2% untuk jangka panjang,” sambungnya.
(bbn)