Sekadar catatan, pemerintah membidik torehan devisa sektor pariwisata senilai US$10 miliar pada 2023, seiring dengan dinaikkannya target jumlah kunjungan pelancong asing dari 7,4 juta menjadi 8,5 juta kunjungan pada tahun ini.
Target devisa tersebut melonjak lebih dari dua kali lipat dari realisasi tahun lalu senilai US$4,26 miliar. Target tersebut juga merupakan revisi naik dari bidikan awal pemerintah sebanyak US$6 miliar.
Kualitas Belanja Wisman
Bagaimanapun, Sandi tidak menampik salah satu tantangan pencapaian target devisa pariwisata tersebut adalah mengerek belanja atau pengeluaran (spending) serta lama tinggal (length of stay) turis asing saat berkunjung ke Tanah Air.
Berdasarkan data BPS, rerata pengeluaran wisman saat berpelesir ke Indonesia hanya US$1.448,01 per kunjungan pada 2022. Angka tersebut terpaut jauh dari belanja wisman saat berkunjung ke Thailand, Vietnam, Singapura, atau Malaysia yang masing-masing sudah menembus di atas US$2.000 per kunjungan, menurut data Bank Dunia.
Dalam hal kunjungan wisman pun, Indonesia masih kalah dari Thailand, kendati jenis turisme yang disuguhkan kedua negara cenderung mirip. Tahun lalu, Ibu Pertiwi hanya sanggup menggaet 5,47 juta kunjungan turis asing, sedangkan Negeri Gajah Putih 11,15 juta kunjungan.
“Kita tidak boleh berpuas diri memang dengan capaian wisman yang terus naik selama tiga tahun pascapandemi. Kami konkretnya akan berkolaborasi untuk fokus pada peningkatan length of stay wisman di Indonesia dan spending ke ekonomi lokal,” ujar Sandi.
Dia mengelaborasi upaya konkret tersebut a.l.a memacu promosi produk-produk wisata yang membutuhkan waktu tinggal lebih lama seperti eco tourism, meningkatkan konektivitas antardaerah, memudahkan pengurusan visa, serta kolaborasi dengan maskapai untuk menambah intensitas penerbangan.
“Kita mencoba produk pariwisata yang ada di low bracket, tetapi sekarang ada di bracket yang lebih tinggi sehingga jumlah spending wisman akan bisa ditingkatkan,” tuturnya.
Sandi menambahkan, jika kunjungan wisman sampai dengan akhir tahun secara bertahap dapat menembus di atas 9 juta atau di atas target 8,5 juta, belanja per turis asing (per pax) yang masuk ke Indonesia pun akan terkerek cukup signifikan.
“Namun, memang belum bisa lompat menyamai negara-negara tetangga. Jika kualitas belanja dan lama tinggal mereka akan lebih panjang, dan kita akan mampu meningkatkan jumlah spending per pax dari wisatawan mancanegara,” tuturnya.
(wdh)