Lebih rendahnya yield yang dimenangkan tidak terlepas dari penurunan permintaan yield dari investor peserta lelang terutama untuk seri FR0095, FR0098 dan FR0097. Bagi pemerintah selaku penerbit, lebih rendahnya yield yang diminta dan akhirnya dimenangkan berarti cost of fund yang lebih murah.
Pamor SUN diprediksi masih akan stabil walaupun ada tekanan eksternal yang terus melesatkan tingkat imbal hasil US Treasury, surat utang Amerika. Dengan suplai yang berkurang drastis tahun ini, analis memperkirakan daya tarik SUN masih akan atraktif.
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani menyatakan, penerbitan SUN tahun ini yang semula ditetapkan sebesar Rp712,9 triliun, dipangkas hampir separuh menjadi sebesar Rp362,9 triliun. Hal itu disampaikan Sri di hadapan parlemen, Senin malam (10/7/2023). "Dengan tren cost of fund dan suku bunga yang melonjak tinggi di banyak negara, strategi mengurangi penerbitan surat utang menempatkan Indonesia pada posisi yang relatif aman, stabil dan kuat," kata Sri.
Keputusan mengurangi nilai emisi SUN tidak mempengaruhi kebutuhan pembiayaan belanja negara. Pemerintah berencana mengandalkan dana cadangan senilai Rp170,9 triliun dan tambahan penerimaan pajak senilai Rp100 triliun untuk membantu mendanai defisit fiskal APBN tahun ini di mana angka defisit juga lebih kecil menjadi 2,3% dari perkiraan semula 2,84%.
Surat utang RI menjadi favorit para investor sepanjang tahun ini didukung oleh kondisi makroekonomi, inflasi melandai dan momentum pertumbuhan yang stabil. Pasokan SUN yang lebih ketat di pasar berpeluang memperpanjang reli surat utang RI dengan dukungan bunga acuan BI7DRR yang bertahan dalam lima bulan terakhir di level 5,75%.
"Kinerja INDOGB/SUN telah mengungguli obligasi negara lain dalam beberapa bulan terakhir didukung inflasi yang menurun dan penyempitan defisit fiskal. Pengurangan pasokan akan membantu INDOGB mempertahankan kinerja baik sejauh ini," kata Vijay Kannan, Macro Strategist Societe Generale.
(rui/frg)