Riset yang diterbitkan oleh Sufianti dan Marvin Chen dari Bloomberg Intelligence mengungkapkan, estimasi arus sektoral bulanan dihitung dengan mengalikan harga rata-rata harian yang ditimbang dengan volume, atau VWAP dari setiap saham dengan jumlah saham yang dibeli dan dijual oleh investor asing berdasarkan data Bursa Efek Indonesia menghasilkan sektor keuangan menjadi yang tertinggi dilanda aksi jual. Sementara sektor yang dipandang defensif tercatat menjadi favorit pemodal asing.
Arus modal asing terlihat beralih ke saham-saham defensif daripada sektor yang sensitif terhadap perubahan kondisi ekonomi saat pasar ekuitas bergerak mendatar pada Juni.
Tercatat produsen produk makanan Indofood CBP (ICBP) dan perusahaan telekomunikasi Indosat (ISAT) menjadi pemimpin aksi net buy oleh investor asing. Inflasi yang melandai memberikan kelegaan bagi ICBP, sehingga laba bersih pada kuartal I-2023 perusahaan tersebut jauh melewati ekspektasi pasar sebelumnya.
Pasar Saham Filipina Jadi Satu-satunya yang Dilirik Investor Asing
Sementara itu dari negara tetangga, Filipina mengalami arus masuk investor asing. Data terbaru menunjukkan, tekanan inflasi atas barang dan harga terus melandai di Asia Tenggara, terutama Filipina, namun hal ini mungkin belum cukup untuk membenarkan pemangkasan suku bunga acuan bagi sebagian Bank Sentral, mengingat perlunya menjaga selisih suku bunga yang sehat dan meminimalkan volatilitas mata uang di tengah sikap yang masih keras dari The Fed.
Dengan kenaikan dua kali lagi suku bunga acuan The Fed yang semakin mungkin terjadi dalam sisa tahun ini, pasar keuangan di Asia Tenggara bisa menghadapi risiko arus keluar modal yang lebih tinggi.
Pada Juni, investor asing menjadi penjual bersih tertinggi pada pasar Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam, dengan Filipina menjadi satu-satunya pasar saham yang mengalami arus masuk mencapai US$97 juta (Rp1,46 triliun).
Adapun pada pasar saham Thailand mengalami bulan kelima secara berturut-turut dengan arus keluar modal karena optimisme terkait pemulihan pariwisata yang semakin kehilangan momentum. Kembalinya wisatawan Tiongkok yang sangat dinantikan tampaknya akan berjalan lambat, tercermin pada data jumlah pengunjung yang hanya sejumlah 1,1 juta pada Mei, atau kurang dari 25% dari target sepanjang tahun.
(fad/aji)
