Selain itu, Rusia akan memperkuat keterlibatannya dengan menjadi tuan rumah KTT Afrika keduanya di St. Petersburg akhir bulan ini.
Namun apa yang digambarkan Rusia sebagai instruktur militer, dikatakan AS merupakan operasi Wagner dalam pertempuran. Kementerian Pertahanan tidak dalam posisi untuk mengambil alih operasi Wagner yang kompleks di Republik Afrika Tengah, yang juga mungkin membutuhkan kontraktor lain untuk memberlakukan kebijakan luar negerinya di Sudan dan tempat lain.
Sementara di luar Republik Afrika Tengah, Putin tengah merundingkan pilihannya. Akan tetapi, sumber mengatakan kemungkinan besar Putin akan membiarkan Wagner bertanggung jawab atas operasi dengan biaya sendiri sambil membuat mereka bergantung pada Moskow yang langsung berada di bawah kendalinya.
"Wagner akan tetap ada di Afrika, itu yang pasti," kata Sergei Markov, seorang konsultan poltik yang dekat dengan kremlin. "Namun kepada siapa akan dilaporkan, antara Prigozhin atau oligarki lain, masih belum diputuskan."
Kebingungan di Republik Afrika Tengah
Republik Afrika Tengah (RAT) merupakan salah satu dari tiga bekas jajahan Prancis yang memperkuat hubungan keamanan dengan Rusia, menyusul perselisihan yang menyebabkan pengusiran pasukan Prancis dan internasional yang memerangi jihadis di wilayah Sahel.
Pasukan Wagner membantu pemerintahan RAT melawan pemberontakan sejak 2018. Namun, AS dan negara lain menuding mereka terlibat dalam pembantaian umat Islam.
Sebagai imbalannya, perusahaan yang terkait dengan Wagner telah diberikan konsesi emas dan kayu, dan menjalankan salah satu pembuat bir terkemuka di negara itu.
Menurut laporan Sky News, sebanyak 600 kontraktor Wagner telah meninggalkan RAT sejak pemberontakan singkat di Rusia berakhir pada 25 Juni. Alexander Ivanov, perwakilan resmi pelatih militer Rusia di RAT, mengeluarkan pernyataan pada Sabtu (8/7/2023) bahwa mereka akan tetap berada di sana.
Sementara Hassan Bouba, mantan pemimpin pemberontakan dan Menteri Peternakan, mengatakan via telepon bahwa RAT yakin bahwa Rusia akan mempertahankan dukungannya.
Dua lawan bicara Moskow di RAT adalah komandan lokal Wagner Vitali Perfilve dan Dmitri Sytyi, yang menjalankan pusat budaya Russian House. Bouba mengatakan keduanya tetap berada di tempat dan selalu mengadakan rapat harian dengan panglima militer RAT.
"Mereka adalah pemimpin di Bangui. Bagi kami, tidak ada yang berubah," katanya. "Keputusan terakhir ada pada Presiden Putin apakah Republik Afrika Tengah akan berlanjut dengan Wagner atau akan ada kekuatan baru yang akan datang dan menggantikan."
Menurut seseorang di perusahaan Rusia yang mengetahui soal operasi di Asia, aset utama Prigozhin bagi para pemimpin Afrika adalah aksesnya ke Putin. Dan kini, ia dianggap kurang berguna dibanding sebelumnya.
Sulit Diganti
Akan tetapi, Marat Gabidullin, mantan komandan senior Wagner dan Sergei Kharabrykh mantan pejabat Kementerian Pertahanan Rusia, berpendapat bahwa hubungan pribadi Prigozhin dengan para pemimpin Afrika, juga kesetiaan orang-orangnya membuat Prigozhin tak mudah digantikan.
Pemberontakan yang dipicu oleh perselisihan tentang penanganan perang Rusia di Ukraina terjadi saat Wagner sibuk memperluas jejaknya di Afrika. Sumber menyebut mereka telah mengadakan pembicaraan dengan penguasa militer di Burkina Faso, dan mengirim kontingen kecil ke Republik Demokratik Kongo untuk menawarkan pelatihan militer dan bantuan untuk memerangi pemberontak.
Pengaruh Wagner yang menyebar luas di Afrika menarik membuat mereka berada dalam pengawasan AS, bahkan sebelum pemberontakan dimulai. AS pun menggunakan kekacauan tersebut untuk meningkatkan seruan kepada para pemimpin Afrika untuk mengusir Wagner.
"Kami terus mendesak pemerintah di Afrika dan di tempat lain untuk menghentikan kerja sama dengan Wagner, dan tidak melanjutkan kerja sama tersebut lebih jauh," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller.
Anggota parlemen partai yang berkuasa di Prancis, Benjamin Haddad, mengatakan bahwa peristiwa di Rusia harus menjadi "peringatan" bagi para pemimpin di Afrika.
Setiap "nasionalisasi" Wagner dapat memberi kesempatan bagi negara-negara barat untuk "mengubah citra kejahatan perang dan aktivitas ekonomi predator Grup Wagner sebagai kebijakan Rusia terhada Afrika," kata Alia Brahimi seorang ahli di Dewan Atlantik yang memberi nasihat kepada beberapa pemerintah tentang kebijakan Timur Tengah dan Afrika Utara.
Tes Sudan
Pertanyaan besar berikutnya mungkin soal masa depan operasi Wagner di Sudan. Prigozhin diketahui telah membantu pemberontak melawan tentara bahkan ketika Moskow mempertahankan hubungan dekat dengan pimpinan militer di Khartoum.
Kremlin berhasil mengejar kebijakan ganda dengan mengerahkan tentara bayaran secara diam-diam, sebuah pendekatan yang juga digunakan di Libya yang kaya akan minyak.
AS pada Mei menuduh Wagner mengirimkan rudal ke Pasukan Dukungan Cepat Sudan, yang sejak April telah melakukan kampanye untuk menggulingkan junta militer yang merebut kekuasaan pada 2021.
Pengiriman senjata telah dikonfirmasi oleh dua orang di Moskow, dan seorang diplomat barat yang mengetahui masalah tersebut. Kata Gabidullin, bantuan itu termasuk rudal portabel dari persediaan Wagner di Libya. Senjata juga datang dari pasukan Wagner di RAT.
"Tim keamanan (Secret Service) Rusia bertaruh di kedua sisi Sudan," kata Gleb Irisov, mantan perwira angkatan udara Rusia. "Dengan cara ini, mereka menguntungkan siapa pun yang keluar sebagai pemenang."
Akan tetapi, Rusia memiliki lebih banyak yang dipertaruhkan di Sudah daripada di tempat lain.
Selama bertahun-tahun, mereka berusaha membangun pangkalan angkatan laut pertama di Arika, di pantai Laut Merah Sudan. Menurut Viktor Bondarev, mantan kepala angakatan udara Rusia, hal ini akan memberi Moskow akses permanen ke Terusan Suez, Samudera Hindia, dan Semenanjung Arab. Wilayah yang saat ini diawasi oleh AS dan sekutunya. AS pun dikatakan telah memperingatkan Sudan agar tidak melanjutkan rencana tersebut.
Sudan juga merupakan bagian penting dari koridor logistik yang menghubungkan operasi Wagner dari Suriah ke Libya, dan lebih jauh ke Afrika yang memungkinkan mereka mengangkut peralatan dan pesawat tempur ke negara-negara lain termasuk RAT dan Mali.
"Afrika tetap menjadi prioritas utama dalam agenda kebijakan luar negeri Rusia, dan sejauh ini tidak ada tanda-tanda gangguan yang terjadi di sana. Butuh waktu untuk mengurai Grup Wagner dan menggantinya dengan yang lain," kata Lou Osborn, seorang analis di All Eyes on Wagner, sebuah konsorsium yang melacak aktivitas mereka menggunakan investigasi sumber terbuka. "Bahkan mungkin tidak akan bisa terjadi."
(bbn)