Kerugian yang berkurang itu didorong oleh kenaikan pendapatan yang didapatkan oleh pengelola bioskop tersebut. Tercatat hingga Maret 2023, pendapatan BLTZ naik menjadi Rp205,8 miliar, naik 53% dari periode yang sama di tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp 133,8 miliar.
BLTZ juga membukukan kerugian sebesar Rp58,87 miliar pada tahun buku 2022. Kerugian BLTZ pada 2022 turun 77,8% dibandingkan dengan tahun buku sebelumnya, di mana perseroan membukukan kerugian sebesar Rp264,6 miliar pada 2021.
Menurut laporan keuangan yang baru saja dirilis, turunnya kerugian BLTZ didukung oleh kinerja pendapatan yang meningkat secara signifikan. Jika pada tahun buku 2021 perseroan hanya membukukan pendapatan sebesar Rp284,9 miliar, perseroan sanggup membukukan pendapatan sebesar Rp1,06 triliun pada 2022.
IPO Sekaligus Private Placement
Cinema XXI akan menawarkan 8,34 miliar saham dengan rentang harga Rp270/saham hingga Rp288/saham. Sehingga, perusahaan berpotensi memperoleh dana segar antara Rp2,25 triliun hingga Rp2,40 triliun.
Di samping IPO, Cinema XXI juga akan melaksanakan private placement 10% saham kepada beberapa investor strategis. Pelepasan saham dilakukan oleh PT Harkatjaya Bumipersada (HJB) sebanyak 8%, dan PT Adi Pratama Nusantara (APN) sejumlah 2%.
Susunan pemegang saham Cinema XXI sebelum aksi IPO ialah HJB 71,99%, APN 18%, dan Salween Investment Private Limited (SIP) 0,01%. Setelah IPO, ESA, dan private placement, susunan pemegang saham menjadi HJB 63,99%, APN 16%, SIP 0,01 persen, ESA 0,01%, dan masyarakat 19,99%.
Ada call option agreement antara HJB dan APN dengan SIP untuk mengambil saham Cinema XXI. Jika opsi ini terjadi maka susunan pemegang saham Cinema XXI nantinya menjadi HJB 45,99%, APN 11,5%, SIP 22,51%, ESA 0,01%, dan masyarakat 19,99%.
Cinema XI akan menggunakan sekitar 65% untuk ekspansi jaringan bioskop Cinema XXI, melalui pengembangan bioskop dan/atau teater baru untuk menambah jumlah layar. Cinema XXI juga akan membeli proyeksi gambar dan suara dengan teknologi baru yang diperlukan untuk pembangunan tersebut.
Selanjutnya, sekitar 20% dana IPO untuk pembayaran lebih awal utang ke Bank BRI (BBRI) senilai Rp1,39 triliun. Setelah pembayaran, saldo kewajiban perseroan menjadi Rp917,10 miliar.
Sisanya 15% dana IPO untuk modal kerja, termasuk pembelian barang dan jasa dalam rangka mendukung kegiatan usaha Cinema XXI.
Penjamin pelaksana emisi efek ialah PT Indo Premier Sekuritas, PT J.P. Morgan Sekuritas Indonesia, PT Mandiri Sekuritas, dan PT UBS Sekuritas Indonesia. Penjamin emisi efek akan ditentukan kemudian. Adapun jadwal IPO adalah sebagai berikut.
- Masa penawaran awal : 10-14 Juli 2023
- Perkiraan tanggal efektif : 25 Juli 2023
- Perkiraan masa penawaran umum saham perdana : 27 Juli-31 Juli 2023
- Perkiraan tanggal penjatahan : 31 Juli 2023
- Perkiraan tanggal distribusi saham secara elektronik : 1 Agustus 2023
- Perkiraan tanggal pencatatan di BEI : 2 Agustus 2023
(yun/dhf)