2. Apa yang disetujui AS untuk dikirim ke Ukraina?
AS menyetujui paket bantuan militer untuk Ukraina senilai US$800 juta yang mencakup bom cluster (DPICM) yang dapat ditembakkan dari artileri jarak jauh dan sistem roket yang sudah dimiliki Ukraina. Setiap DPICM berisi puluhan atau ratusan bom seukuran granat tangan. Bom dapat dirancang untuk menembus baju besi atau menarget ke orang-orang dengan ledakan dari pecahan kecil.
3. Mengapa Ukraina menginginkan bom cluster?
Ukraina menginginkan bom itu agar lebih efisien melawan tentara Rusia dalam jumlah besar beserta formasi tank dan kendaraan lapis bajanya. Bom cluster dirancang agar efektif melawan target yang tersebar di area yang luas, yang juga berarti keakuratan sistem pengiriman menjadi kurang penting. Ukraina kekurangan peluru artileri konvensional dengan intensitas pertarungannya dengan Rusia. Biden mengatakan bahwa pasokan bom cluster dari AS akan membantu Ukraina bertahan sampai AS dan negara lainnya dapat meningkatkan produksi peluru artileri konvensional akhir tahun ini.
4. Bagaimana sejarah bom cluster?
Bom cluster pertama kali digunakan dalam Perang Dunia Kedua oleh Jerman, yang menjatuhkan bom SD-2 di Grimsby di Inggris. Bom ini juga digunakan secara luas di Vietnam oleh AS dan dalam Perang Indo-China antara India dan China. Inggris pun menggunakannya untuk melawan Argentina pada tahun 1982.
Selain itu, bom semacam ini juga dikerahkan dalam Perang Teluk pertama, perang di Chechnya, di konflik Eritrea-Ethiopia, di Kosovo pada tahun 1999, di invasi Rusia dan AS ke Afghanistan, di Kamboja, Lebanon Selatan, Libya, Sudan Selatan, Sudan, Suriah, dan Yaman. Rusia, sebagai satu-satunya negara di dunia yang saat ini menggunakannya, telah menerjunkan bom cluster secara ekstensif sejak menginvasi Ukraina.
5. Negara mana saja yang memilikinya?
Menurut Cluster Munition Coalition, sebuah inisiatif sipil internasional yang memantau penggunaan bom cluster di dunia, 16 negara masih memproduksi bom cluset dan belum berkomitmen untuk tidak memproduksinya lagi di masa depan. Hingga tahun ini, 111 negara telah menandatangani dan meratifikasi Konvensi Munisi Tandan, yang melarang penggunaan, produksi, dan penimbunan bom tersebut. Rusia, AS, dan Ukraina belum menandatangani konvensi itu.
6. Mengapa bom cluster ini kontroversial?
Bom cluster menjadi kontroversial karena bahaya yang ditimbulkannya bagi warga sipil. Sebuah studi tahun 2006 oleh Handicap International menemukan bahwa 98% dari korban bom itu yang tercatat adalah warga sipil dan memperkirakan bahwa bpm itu menyebabkan setidaknya 55.000 korban di kalangan non-kombatan sejak tahun 1960-an. Fakta bahwa bom cluster menimbulkan kerusakan eksplosif di wilayah yang lebih luas meningkatkan kemungkinan warga sipil terkena serangan, dan bom yang tidak meledak dapat melukai atau membunuh warga sipil yang menemukannya selama dan setelah konflik. Submunisi berukuran kecil dan terkadang berwarna-warni, membuatnya menarik untuk diambil oleh anak-anak.
7. Apa isi dari konvensi itu?
Konvensi tersebut melarang negara-negara yang meratifikasinya untuk menggunakan, mengembangkan, memproduksi, memperoleh, menimbun atau menyimpan bom cluster, atau menyerahkannya ke negara lain.
8. Mengapa AS tidak menjadi anggota konvensi?
Militer AS menganggap bom cluster sebagai senjata yang efektif dan efisien, dan menganggap risikonya masih dapat diterima. AS di bawah Presiden Barack Obama telah berusaha untuk menghilangkan bom cluster dengan tingkat kegagalan di atas 1%, tetapi kebijakan ini dibatalkan di bawah penggantinya, Donald Trump. Bom cluster AS yang akan digunakan di Ukraina terakhir digunakan oleh AS pada tahun 2003 dalam invasi ke Irak dan memiliki tingkat kegagalan 3%.
(bbn)