Penurunan produksi beras terbesar diproyeksi terjadi Thailand (-17,3% yoy), Nepal (-12,2% yoy), dan Filipina (-10,2% yoy).
“Pemerintah Thailand sudah mengeluarkan panduan kepada petani pada Mei 2023 dan meminta budi daya padi harus dibatasi pada satu jenis tanaman saja, bukan seperti praktik biasanya yaitu padi ganda, sebagai upaya menjaga cadangan air menjelang kekeringan yang diproyeksi mulai awal 2024,” jelas lembaga tersebut.
Mengingat tren demografis di Tenggara Asia, lanjut laporan itu, konsumsi beras regional telah meningkat dengan kecepatan yang konsisten dalam satu dekade terakhir, sehingga menghasilkan tekanan ke atas terhadap harga.
Setelah menurun selama lima bulan paca-April 2015, rata-rata kutipan ekspor beras Thailand (eksportir beras terbesar di kawasan) dengan bobot yang sama naik sebesar 16,6% hingga Juni 2016, dan terus naik 6,3% selama 15 bulan berturut-turut, dari US$365 per ton menjadi US$389 per ton.
Di seluruh negara sampel negara yang disurvei, pertanian tercatat menyumbang rerata sekitar 15,5% dari produk domestik bruto (PDB) tahunan dan harga pangan menyumbang 39,7% dari indeks harga konsumen (IHK) atau inflasi anual.
Konsumsi beras tahunan meningkat 59,9% dari konsumsi biji-bijian, sementara impor beras mewakili 8,2% dari cadangan lokal. Di sisi lain, stok beras pada akhir 2022—2023 diperkirakan 6,2% lebih rendah dari dekade 2010-an, dan swasembada mencapai 107,7%. Adapun, peristiwa El Nino diproyeksi menurunkan produksi beras tahunan sebesar 1,8%.
“Kami berhati-hati karena perbedaan yang signifikan terlihat jelas di beberapa negara. Eksposur terhadap kenaikan harga –sebagaimana tecermin dalam rasio impor beras terhadap produksi domestik– juga bervariasi antarnegara, mulai dari 0% untuk India hingga 54,2% untuk Malaysia,” papar BMI.
Isolasi Dampak Pasar Beras
Lembaga tersebut melanjutkan, meskipun memiliki cadangan beras lebih tinggi 28,9% dari 2010-an, Indonesia juga tercatat masih waswas terhadap risiko gangguan produksi akibat El Nino. Indonesia telah meneken kesepakatan dengan India untuk impor 1 juta ton bera di tengah ancaman penurunan output domestik.
Di tengah potensi anomali beras di Asia akibat El Nino; BMI melihat Thailand, Vietnam, dan China sebagai deretan negara yang paling bisa terisolasi dari dampak guncangan pasar beras.
“Kami melihat tekanan inflasi yang lebih lemah di pasar-pasar tersebut. Meski terpapar oleh gangguan produksi beras yang parah, China hampir paling tidak terdampak guncangan sektor pertanian. Sektor agrikultura hanya menyumbang 8,2% dari PDB China, dan bobot komoditas pangan dalam inflasi negara tersebut juga relatif rendah.”
Di sisi lain, meskipun China tidak melaporkan cadangan berasnya secara terbuka, Departemen Agrikultura AS (USDA) mengestimasikan Negeri Panda memegang 60% dari cadangan beras global selama satu dekade terakhir.
Sementara itu, Vietnam dan Thailand –yang keduanya merupakan eksportir utama beras– juga diprediksi terhindar dari dampak anomali pasar beras akibat El Nino, lantaran pemerintah setempat membatasi ekspor guna mengamankan pasokan dalam negeri.
Langkah sejenis pernah dilakukan Vietnam pada 2008, saat pemerintahnya membatasi ekspor beras guna menahan pengalihan stok beras dalam negeri ke pasar global untuk menjaga harga di dalam negeri.
“Untuk Vietnam dan Thailand, beras domestik mereka konsisten menggalami surplus produksi. Kedua pasar tersebut memiliki swasembada beras tertinggi dari negara-negara yang kami survei. Hal itu tecermin dalam rasio impor terhadap produksi yang rendah, dan metrik mendekati rata-rata untuk konsumsi beras-ke-biji-bijian. Namun, Thailand, tidak seperti Vietnam, tampaknya akan memasuki El Nino dengan stok beras jauh di bawah rata-rata tingkat tahunan. Hal ini menunjukkan bahwa pengalihan produksi-ke-ekspor bisa menimbulkan risiko terbalik yang signifikan terhadap harga lokal.”
Di sisi lain, BMI mengestimasikan negara-negara yang paling rentan terpapar inflasi harga beras akibat El Nino adalah Myanmar, Kamboja, dan Nepal.
Antisipasi Indonesia
Di dalam negeri, Pemerinntah Indonesia sudah menyiapkan insentif bantuan kredit lunak bagi badan usaha milik negara (BUMN) sektor pangan, guna memaksimalkan pengadaan dalam negeri di tengah antisipasi terhadap dampak gangguan produksi pertanian akibat El Nino.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas)/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan insentif tersebut telah dibahas dengan Presiden Joko Widodo bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
“Sedang disiapkan skema pembiayaan murah dari menkeu. Artinya, [BUMN pangan] tidak diberi PMN [penyertaan modal negara], tetap dalam bentuk pinjaman. Ada penjaminan dari menteri keuangan, kemudian diberikan ke Himbara [himpunan bank milik negara], dan Himbara akan memberikannya ke BUMN bidang pangan, yaitu Bulog dan ID FOOD,” ujarnya seusai rapat terbatas di Istana Negara, Senin (10/7/2023).
Dia mengelaborasi program penjaminan pendanaan untuk Bulog sudah berjalan dengan nilai Rp1 triliun. Sementara itu, untuk ID FOOD, pemerintah menyiapkan pinjaman lunak senilai Rp3 triliun.
“Yang disiapkan penjaminannya Rp3 triliun, tetapi itu kan kalau di ritel kita pakai [skema] turn over. Jadi kalau 3—4 kali turn over, [pinjamannya] bisa sampai Rp12 triliun. Itu plafon yang diberikan kepada ID FOOD,” jelas Arief.
Dalam waktu dekat, lanjutnya, menteri keuangan akan mengundang Menteri BUMN, Bapanas, serta Bulog dan ID FOOD untuk membahas detail mengenai skema pinjaman lunak tersebut.
Akan tetapi, dia membocorkan bahwa Kementerian Keuangan akan ‘menyubsidi’ beban bunga yang harus ditanggung BUMN pangan sebesar 4,75%. Dengan demikian, bunga yang akan dibayarkan BUMN pagan kepada Himbara kurang lebih 3—4% dari bunga normal di rentang 8—10%.
Rapat terbatas sektor pangan di Istana Negara turut menghadirkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian, dan Direktur Utama Perum Bulog (Persero).
Arief mengatakan fokus rapat itu adalah terkait dengan persiapan Indonesia menghadapi fenomena cuaca kering El Nino, termasuk dalam hal peningkatan produksi pertanian dan penghiliran sektor pangan yang dikelola oleh BUMN.
“Inflasi bulan kemarin sangat stabil di level 3,5% sehingga ini harus dipertahankan, kalau memungkinkan akan diturunkan. Dengan demikian, inflasi tetap di bawah pertumbuhan ekonomi,” kata Arief.
Dalam kaitan dengan penjagaan produksi pangan, Arief mengatakan Kementerian Pertanian akan menjadi penanggung jawab. “Mentan diminta menggejot produksi, mumpung masih ada hujan sehingga 110 hari kemudian kita masih punya beras.”
Bulog akan ditugaskan untuk serapan domestik, khusus komoditas beras, jagung, dan kedelai. Sementara itu, ID FOOD akan dimandatkan untuk mengamankan komoditas lainnya yang diatur dalam Peraturan Presiden No. 66/2021 tentang Badan Pangan Nasional.
Sekadar catatan, perpres tersebut mengatur 9 jenis komoditas pangan yang menjadi tanggung jawab pemerintah. Mereka a.l. beras, jagung, kedelai, gula konsumsi, bawang, telur unggas, daging ruminansia, daging unggas, dan cabai.
Untuk jagung, lanjut Arief, jenis yang akan diserap Bulog tidak hanya jagung konsumsi tetapi juga jagung untuk pakan ternak. Sebab, stabilitas harga jagung pakan akan berpengaruh langsung terhadap harga ayam dan telur.
Untuk beras, Bulog tetap akan memprioritaskan serapan dalam negeri. Dia menyebut dari kuota impor beras sebanyak 2 juta ton yang diberikan pemerintah tahun ini, realisasinya hanya 500.000 ton.
“Yang 700.000 ton [diserap Bulog] dari panen dalam negeri. Dalam perjalanannya, Bulog dari Januari—Juli sudah mengeluarkan 600.000 ton berasnya untuk bantuan pangan kepada 21,35 KPM [keluarga penerima manfaat] dikali tiga bulan. Lalu, 600.000 ton lagi untuk SPHP [Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan],” papar Arief.
Pada kesempatan yang sama, Dirut Bulog Budi Waseso membenarkan tugas utama Bulog saat ini adalah memaksimalkan produksi lokal, khususnya untuk beras dan jagung.
“Khususnya untuk [jagung] pakan, [diharapkan bisa] terpenuhi [dari dalam negeri]. Kami ikuti terus seperti apa [perkembangan panen jagung]. Di Papua ada panen jagung. Itu sedang kami pikirkan bagaimana penyerapan dan pendistribusiannya,” kata Buwas.
(wdh/roy)