Ira mengatakan ada tiga faktor yang mendorong pertumbuhan sektor FMCG di Indonesia. Pertama, ungkap Ira, populasi penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta, dan terus bertambah, menjadi pondasi kuat bagi sektor FMCG untuk terus bertumbuh. Kedua, konsumsi dan penetrasi produk Indonesia yang masih di bawah negara-negara lain.
“Dibandingkan dengan Brazil dan China dalam kategori yang kita operasikan, konsumsi Indonesia masih sepertiganya, itu baru dari konsumsi saja. Untuk penetrasi, di luar shampo, pasta gigi, home care products, dan beauty products, masih sekitar 50-60%. Hal ini menjadi kesempatan besar,” kata Ira.
Faktor ketiga adalah pertumbuhan kelas menengah atas yang sangat cepat. Konsumsi kelas menengah saat ini masih di bawah 50%, namun akan meningkat hingga 56-57% pada 2025. Hal ini, menurut Ira, memberi ruang yang sangat besar bagi produk premium untuk bertumbuh. Utamanya dengan ekspektasi kelas menengah atas akan lebih banyak produk premium dan berkualitas.
“Unilever Indonesia merupakan terbesar keempat setelah Amerika Serikat, India, dan Brazil. Bayangkan jika kita bisa membuka semua potensi pertumbuhan, konsumsi dan penetrasi tadi, kita bisa menjadi terbesar ketiga di dunia dengan mudah. Jadi, prospeknya sangat menjanjikan dalam 10 tahun mendatang,” kata Ira.
(tar/wep)