Ekspektasi inflasi konsumen (Consumer Inflation Expectations) untuk tahun depan turun untuk ketiga bulan secara berturut-turut menjadi 3,8% pada Juni, yang merupakan angka terendah sejak April 2021, dari sebelumnya 4,1% pada Mei.
Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, Indeks Harga Konsumen (IKK) atau Consumer Price Index (CPI) Tiongkok secara tidak terduga tumbuh datar atau 0,0% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Juni, lebih rendah dari pertumbuhan 0,2% yoy pada Mei sebelumnya.
Ini adalah tingkat inflasi terendah sejak deflasi pada Februari 2021, utamanya disebabkan oleh kejatuhan harga-harga non-makanan, seperti salah satunya adalah biaya transportasi.
Sementara itu, tingkat inflasi level produsen (Producer Price Index/PPI) turun 5,4% yoy pada Juni, lebih parah dari penurunan 4,6% yoy pada Mei dan ekspektasi pasar yang hanya turun 5,0% yoy.
“Dengan demikian, PPI sudah mengalami deflasi selama sembilan bulan beruntun dan terburuk sejak Desember 2015 di tengah pelemahan permintaan di berbagai industri dan penurunan harga komoditas ditambah lagi dengan perlambatan ekonomi di AS dan Eropa akibat kenaikan suku bunga acuan secara agresif,” jelas Tim Research Phillip Sekuritas.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, tiga pejabat The Fed pada Senin kemarin, menyatakan dengan tegas bahwa suku bunga acuan masih harus dikerek naik lebih tinggi pada tahun ini untuk mengembalikan tingkat inflasi ke targetnya 2%.
Adapun proyeksi yang dirilis setelah pertemuan FOMC bulan Juni memperlihatkan bahwa sebagian besar pembuat kebijakan moneter ini tampaknya akan menaikkan suku bunga acuan setengah poin persentase hingga akhir tahun.
FOMC selanjutnya akan bertemu pada tanggal 25-26 Juli dan diperkirakan akan melanjutkan tren kenaikan suku bunga acuan pada pertemuan itu.
Dari dalam negeri, Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) pada Juni mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap kuat. Terjaganya optimisme konsumen pada Juni didorong oleh tetap kuatnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK).
Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Juni yang terjaga dalam zona optimis pada level 127,1. Sementara Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ada pada level 116,8.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG ditutup menguat ke 6.731 namun pergerakan IHSG masih didominasi dengan munculnya volume penjualan dan belum mampu break dari resistance di 6.766.
“Selama IHSG belum mampu break dari area resistance terdekatnya, maka posisi IHSG diperkirakan sedang berada pada wave ii dari wave c dari wave (i) dari wave [iii],” papar Herditya dalam risetnya pada Selasa (11/7/2023).
Herditya juga memberikan catatan, hal tersebut berarti, IHSG akan terkoreksi dahulu untuk menguji rentang area 6.677-6.711, kemudian berpeluang menguat ke 6.803-6.841.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, ADRO, ITMG, RALS, dan UNVR.
Analis CGS-CIMB Sekuritas memaparkan, pada perdagangan Senin kemarin IHSG menguat 0,22% ke 6.731, dengan investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp224 miliar pada reguler market.
Melihat hal tersebut, CGS-CIMB memperkirakan IHSG berpotensi bergerak relative sideways pada hari ini, dengan support 6.680–6.650 dan resistance 6.795–6.850. Dengan saham rekomendasinya ialah DSNG, ACES, CTRA, JKON, UNTR, dan SCMA.
(fad/dhf)