Presiden Joe Biden menyebut langkah untuk mengirim bom klaster ke Ukraina sebagai "keputusan sulit", mengingat risiko bagi warga sipil yang mungkin ditimbulkan oleh senjata tersebut. Akan tetapi, Biden juga menyoroti bagaimana Rusia menyerang Ukraina tanpa henti selama berbulan-bulan.
Bom klaster yang belum meledak sejak setengah abad yang lalu masih banyak ditemukan di Vietnam, Laos, dan Kamboja, dan menyebabkan puluhan ribu kematian dan cedera selama dan setelah perang. Selama tiga dekade terakhir, AS telah menyumbang lebih dari US$750 juta ke negara-negara tersebut untuk menghancurka senjata konvensional itu.
"Ini akan menjadi bahaya besar bagi Ukraina selama bertahun-tahun atau hingga seratus tahun jika bom klaster digunakan di wilayah yang diduduki oleh Rusia di Ukraina," tulis Perdana Menteri Kamboja Hun Sen di Twitter pada Minggu (9/7/2023).
"Saya mengimbau presiden AS sebagai pemasok dan presiden Ukraina sebagai penerima untuk tidak menggunakan bom klaster dalam perang karena korban yang sebenarnya adalah warga Ukraina."
(bbn)