Dalam waktu dekat, lanjutnya, menteri keuangan akan mengundang Menteri BUMN, Bapanas, serta Bulog dan ID FOOD untuk membahas detail mengenai skema pinjaman lunak tersebut.
Akan tetapi, dia membocorkan bahwa Kementerian Keuangan akan ‘menyubsidi’ beban bunga yang harus ditanggung BUMN pangan sebesar 4,75%. Dengan demikian, bunga yang akan dibayarkan BUMN pagan kepada Himbara kurang lebih 3—4% dari bunga normal di rentang 8—10%.
Rapat terbatas sektor pangan di Istana Negara hari ini turut menghadirkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian, dan Direktur Utama Perum Bulog (Persero).
Arief mengatakan fokus rapat hari ini adalah terkait dengan persiapan Indonesia menghadapi fenomena cuaca kering El Nino, termasuk dalam hal peningkatan produksi pertanian dan penghiliran sektor pangan yang dikelola oleh BUMN.
“Inflasi bulan kemarin sangat stabil di level 3,5% sehingga ini harus dipertahankan, kalau memungkinkan akan diturunkan. Dengan demikian, inflasi tetap di bawah pertumbuhan ekonomi,” kata Arief.
Dalam kaitan dengan penjagaan produksi pangan, Arief mengatakan Kementerian Pertanian akan menjadi penanggung jawab. “Mentan diminta menggejot produksi, mumpung masih ada hujan sehingga 110 hari kemudian kita masih punya beras.”
Bulog akan ditugaskan untuk serapan domestik, khusus komoditas beras, jagung, dan kedelai. Sementara itu, ID FOOD akan dimandatkan untuk mengamankan komoditas lainnya yang diatur dalam Peraturan Presiden No. 66/2021 tentang Badan Pangan Nasional.
Sekadar catatan, perpres tersebut mengatur 9 jenis komoditas pangan yang menjadi tanggung jawab pemerintah. Mereka a.l. beras, jagung, kedelai, gula konsumsi, bawang, telur unggas, daging ruminansia, daging unggas, dan cabai.
Untuk jagung, lanjut Arief, jenis yang akan diserap Bulog tidak hanya jagung konsumsi tetapi juga jagung untuk pakan ternak. Sebab, stabilitas harga jagung pakan akan berpengaruh langsung terhadap harga ayam dan telur.
Untuk beras, Bulog tetap akan memprioritaskan serapan dalam negeri. Dia menyebut dari kuota impor beras sebanyak 2 juta ton yang diberikan pemerintah tahun ini, realisasinya hanya 500.000 ton.
“Yang 700.000 ton [diserap Bulog] dari panen dalam negeri. Dalam perjalanannya, Bulog dari Januari—Juli sudah mengeluarkan 600.000 ton berasnya untuk bantuan pangan kepada 21,35 KPM [keluarga penerima manfaat] dikali tiga bulan. Lalu, 600.000 ton lagi untuk SPHP [Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan],” papar Arief.
Pada kesempatan yang sama, Dirut Bulog Budi Waseso membenarkan tugas utama Bulog saat ini adalah memaksimalkan produksi lokal, khususnya untuk beras dan jagung.
“Khususnya untuk [jagung] pakan, [diharapkan bisa] terpenuhi [dari dalam negeri]. Kami ikuti terus seperti apa [perkembangan panen jagung]. Di Papua ada panen jagung. Itu sedang kami pikirkan bagaimana penyerapan dan pendistribusiannya,” kata Buwas.
(wdh)