Manhattan Jadi Wilayah Paling 'Hot' di Kota New York
News
30 July 2023 13:45
Azul Cibils Blaquier – Bloomberg News
Bloomberg, Gelombang panas Amerika Serikat (AS) sampai ke New York. Suhu semakin tinggi dan peringatan akan panas yang berlebih pun dikeluarkan pemerintah untuk pertama kalinya dalam dua tahun.
Di beberapa wilayah yang memiliki banyak bangunan beton dan sedikit bagian yang teduh, terjadi lah "heat island effect," dimana panasnya menjadi lebih parah dibandingkan dengan tempat lain di kota yang sama.
Beberapa wilayah Midtown Manhattan, misalnya, rata-rata suhunya 1 hingga 2 derajat Fahrenheit lebih panas dibandingkan dengan area Financial District; kondisi ini tidak terlalu parah bagi mereka yang tinggal di daerah Upper West Side, Fort Greene atau Clinton Hill. Queens yang berpenduduk padat juga sangat panas, tetapi efek tersebut di atas berkurang di bagian yang lebih rindang di pinggiran kota.
Wali Kota New York City Eric Adams menjelaskan kepada media Kamis lalu bahwa New York sedang mengolah "kebijakan suhu dalam ruangan musim panas maksimum" dimana ini nantinya akan mewajibkan pemilik akomodasi untuk menyediakan sistem pendingin ruangan, sama halnya seperti musim dingin, ketika mereka diwajibkan untuk menyediakan penghangat ruangan.
“Kita tahu ini adalah krisis nyata yang dihadapi seluruh dunia. Jadi kita akan bersiap,” katanya.
Baca Juga
Secara keseluruhan, “heat island effect akan labih banyak dialami oleh penduduk New York dibandingkan kota lain mana pun di AS,” kata Peter Girard, juru bicara Climate Central. Organisasi nirlaba New Jersey ini melihat efek tersebut terjadi di 44 kota terbesar AS, yang merupakan tempat tinggal hampir 1 dari 4 orang Amerika.
Lebih dari setengahnya telah terpapar suhu tinggi, yakni 8 derajat Fahrenheit lebih tinggi daripada jika lingkungan yang sama dikembangkan dengan lebih banyak vegetasi atau dilapisi aspal yang tembus air.
"Termometer di lingkungan yang panas bisa sampai 100 derajat, dan 95 derajat untuk wilayah terdekatnya. Perbedaannya ada pada fitur lingkungan," kata Girard.
Di New York, hampir 80% penduduknya mengalami efek ini. Rasionya terbesar di antara kota-kota yang disurvei Climate Central.
Fenomena ini terjadi ketika permukaan beton menyerap dan memancarkan kembali panas yang dengan sedikit kesejukan, dengan sirkulasi udara terbatas, membuat suhu tinggi menjadi lebih panas.
Di kota mana pun, efek panas sangat bervariasi tergantung lingkungan. Ini terlihat jelas dari banyaknya orang yang mendatangi taman, kolam renang, dan daerah tepi laut selama hari-hari yang sangat panas. Di Manhattan sendiri, daerah Central Park seolah menjadi oase bagi penduduknya.
Di sisi lain, meskipun suhu rata-rata mungkin lebih tinggi, hanya setengah hingga dua pertiga penduduk yang tinggal di Phoenix dan San Antonio mengalami efek seperti ini. Ini karena tempat-tempat tersebut lebih luas, dan dibangun sedemikian rupa sehingga lebih tahan panas. Wilayah itu juga menggunakan bahan bangunan yang lebih ringan dan material paving jalan yang sesuai.
Usia juga merupakan faktor penting: Kota-kota tua cenderung lebih padat, dengan deretan gedung tinggi dan jalan-jalan sempit yang membatasi aliran udara.
Kota-kota yang lebih baru, menurut Girard, seringkali memiliki jalan yang lebih lebar, struktur yang lebih rendah, dan kepadatan penduduk yang lebih sedikit, yang semuanya membantu menjaganya tetap sejuk.
(bbn)