Logo Bloomberg Technoz

Mengintip Proses Perakitan Pesawat Bombardier di Kanada

News
26 March 2023 09:36

Perakitan pesawat Bombardier Challenger 3500 di fasilitas manufaktur, Dorval, Quebec, Kanada, Kamis (23/3/2023). (Christinne Muschi/Bloomberg)

Perakitan pesawat Bombardier Challenger 3500 di fasilitas manufaktur, Dorval, Quebec, Kanada, Kamis (23/3/2023). (Christinne Muschi/Bloomberg)

Challenger 3500 merupakan pesawat jet varian terbaru dari pendahulunya yaitu Challenger 350. (Christinne Muschi/Bloomberg)

Challenger 3500 merupakan pesawat jet varian terbaru dari pendahulunya yaitu Challenger 350. (Christinne Muschi/Bloomberg)

Pesawat ini bersaing dengan Praetor dari Embraer, Cessna Citation Longitude dari Textron dan G280 dari Gulfstream. (Christinne Muschi/Bloomberg)

Pesawat ini bersaing dengan Praetor dari Embraer, Cessna Citation Longitude dari Textron dan G280 dari Gulfstream. (Christinne Muschi/Bloomberg)

Challenger 3500 dapat mendaki hingga 43.000 kaki dan dapat menempuh jarak 3.400 nm tanpa henti. (Christinne Muschi/Bloomberg)

Challenger 3500 dapat mendaki hingga 43.000 kaki dan dapat menempuh jarak 3.400 nm tanpa henti. (Christinne Muschi/Bloomberg)

Selain 3500 pabrikan menyelesaikan pesawat Challenger 650 yang merupakan pengganti seri Challenger 600 pada tahun 2015. (Christinne Muschi/Bloomberg)

Selain 3500 pabrikan menyelesaikan pesawat Challenger 650 yang merupakan pengganti seri Challenger 600 pada tahun 2015. (Christinne Muschi/Bloomberg)

Pesawat yang dapat menampung 12 penumpang ini masih diproduksi hingga sekarang. (Christinne Muschi/Bloomberg)

Pesawat yang dapat menampung 12 penumpang ini masih diproduksi hingga sekarang. (Christinne Muschi/Bloomberg)

Pesawat ini dapat terbang diketinggian maksimum  41.000 kaki dengan dua mesin GE CF34-3B MTO. (Christinne Muschi/Bloomberg)

Pesawat ini dapat terbang diketinggian maksimum 41.000 kaki dengan dua mesin GE CF34-3B MTO. (Christinne Muschi/Bloomberg)

Challenger 650 memiliki kecepatan maksimum 488 knots, kisaran 4,000 mil laut, dan jarak lepas landas hanya 5,640 kaki. (Christinne Muschi/Bloomberg)

Challenger 650 memiliki kecepatan maksimum 488 knots, kisaran 4,000 mil laut, dan jarak lepas landas hanya 5,640 kaki. (Christinne Muschi/Bloomberg)

Sekarang Bombardier ingin memperkuat unit pertahanannya, yang mengubah jet menjadi pesawat militer. (Christinne Muschi/Bloomberg)

Sekarang Bombardier ingin memperkuat unit pertahanannya, yang mengubah jet menjadi pesawat militer. (Christinne Muschi/Bloomberg)

Pabrikan juga sedang mengembangkan pesawat EcoJet. (Christinne Muschi/Bloomberg)

Pabrikan juga sedang mengembangkan pesawat EcoJet. (Christinne Muschi/Bloomberg)

Perakitan pesawat Bombardier Challenger 3500 di fasilitas manufaktur, Dorval, Quebec, Kanada, Kamis (23/3/2023). (Christinne Muschi/Bloomberg)
Challenger 3500 merupakan pesawat jet varian terbaru dari pendahulunya yaitu Challenger 350. (Christinne Muschi/Bloomberg)
Pesawat ini bersaing dengan Praetor dari Embraer, Cessna Citation Longitude dari Textron dan G280 dari Gulfstream. (Christinne Muschi/Bloomberg)
Challenger 3500 dapat mendaki hingga 43.000 kaki dan dapat menempuh jarak 3.400 nm tanpa henti. (Christinne Muschi/Bloomberg)
Selain 3500 pabrikan menyelesaikan pesawat Challenger 650 yang merupakan pengganti seri Challenger 600 pada tahun 2015. (Christinne Muschi/Bloomberg)
Pesawat yang dapat menampung 12 penumpang ini masih diproduksi hingga sekarang. (Christinne Muschi/Bloomberg)
Pesawat ini dapat terbang diketinggian maksimum  41.000 kaki dengan dua mesin GE CF34-3B MTO. (Christinne Muschi/Bloomberg)
Challenger 650 memiliki kecepatan maksimum 488 knots, kisaran 4,000 mil laut, dan jarak lepas landas hanya 5,640 kaki. (Christinne Muschi/Bloomberg)
Sekarang Bombardier ingin memperkuat unit pertahanannya, yang mengubah jet menjadi pesawat militer. (Christinne Muschi/Bloomberg)
Pabrikan juga sedang mengembangkan pesawat EcoJet. (Christinne Muschi/Bloomberg)

Bloomberg,  Kembali ke Bombardier Inc. pada musim semi 2020, Eric Martel mendapati perusahaan itu hampir tak dikenali setelah ia meninggalkannya selama lima tahun. Bombardier baru saja menjual dua divisi besar yang memproduksi pesawat komersial dan kereta api dalam upaya putus asa untuk mengumpulkan uang, ditambah pandemi Covid-19 yang memaksa pemerintah di seluruh dunia untuk memberlakukan lockdown dan memicu resesi ekonomi, serta membuat pabrik Bombardier terdiam.

Kesulitan keuangan Bombardier yang hampir bangkrut dipicu oleh kesalahan strategi dalam menantang Boeing Co. dan Airbus SE dengan program pesawat komersial Seri C, yang menyebabkan biaya pengembangan melampaui anggaran sebesar US$ 6 miliar dan akhirnya menjualnya ke Airbus dan berganti nama menjadi A220. Ini hanya satu dari beberapa divestasi Bombardier selama bertahun-tahun, termasuk penjualan divisi pembuatan kereta ke Alstom SA Prancis pada awal 2020.

Untuk meningkatkan pendapatan, Bombardier memutuskan untuk mengembangkan unit pertahanannya, yang mengubah jet menjadi pesawat militer. Bombardier juga memperluas fasilitas layanan purna jual.

Meski begitu, perusahaan harus tetap mengeluarkan biaya untuk inovasi agar bisa bersaing dengan para pesaing yang lebih besar. Martel mengumumkan kepada investor bahwa perusahaan tidak berencana meluncurkan pesawat baru pada 2025 yang membutuhkan biaya miliaran untuk dikembangkan, tetapi merger dan akuisisi tidak dikecualikan sebagai opsi.

Namun, semua produsen pesawat harus memiliki strategi terkait dengan perubahan iklim. Pesawat pribadi memiliki dampak besar terhadap emisi karbon. Di Bombardier, pesawat futuristik yang hampir 20 kaki sedang diuji di lokasi rahasia untuk proyek penelitian EcoJet yang bertujuan untuk mengoptimalkan aerodinamika dan mengurangi emisi hingga 20% dengan menggunakan mesin yang ada.

(bbn)