Mengintip Proses Perakitan Pesawat Bombardier di Kanada
News
26 March 2023 09:36
Bloomberg, Kembali ke Bombardier Inc. pada musim semi 2020, Eric Martel mendapati perusahaan itu hampir tak dikenali setelah ia meninggalkannya selama lima tahun. Bombardier baru saja menjual dua divisi besar yang memproduksi pesawat komersial dan kereta api dalam upaya putus asa untuk mengumpulkan uang, ditambah pandemi Covid-19 yang memaksa pemerintah di seluruh dunia untuk memberlakukan lockdown dan memicu resesi ekonomi, serta membuat pabrik Bombardier terdiam.
Kesulitan keuangan Bombardier yang hampir bangkrut dipicu oleh kesalahan strategi dalam menantang Boeing Co. dan Airbus SE dengan program pesawat komersial Seri C, yang menyebabkan biaya pengembangan melampaui anggaran sebesar US$ 6 miliar dan akhirnya menjualnya ke Airbus dan berganti nama menjadi A220. Ini hanya satu dari beberapa divestasi Bombardier selama bertahun-tahun, termasuk penjualan divisi pembuatan kereta ke Alstom SA Prancis pada awal 2020.
Baca Juga
Untuk meningkatkan pendapatan, Bombardier memutuskan untuk mengembangkan unit pertahanannya, yang mengubah jet menjadi pesawat militer. Bombardier juga memperluas fasilitas layanan purna jual.
Meski begitu, perusahaan harus tetap mengeluarkan biaya untuk inovasi agar bisa bersaing dengan para pesaing yang lebih besar. Martel mengumumkan kepada investor bahwa perusahaan tidak berencana meluncurkan pesawat baru pada 2025 yang membutuhkan biaya miliaran untuk dikembangkan, tetapi merger dan akuisisi tidak dikecualikan sebagai opsi.
Namun, semua produsen pesawat harus memiliki strategi terkait dengan perubahan iklim. Pesawat pribadi memiliki dampak besar terhadap emisi karbon. Di Bombardier, pesawat futuristik yang hampir 20 kaki sedang diuji di lokasi rahasia untuk proyek penelitian EcoJet yang bertujuan untuk mengoptimalkan aerodinamika dan mengurangi emisi hingga 20% dengan menggunakan mesin yang ada.
(bbn)