Logo Bloomberg Technoz

Merawat Bali dari Desa Tenganan

Donald Banjarnahor
13 July 2024 15:58

Dengan luas wilayah desa 917 ribu hektar, sekitar 60% wilayahnya masih hutan yang asri dan terpelihara dengan baik.

Dengan luas wilayah desa 917 ribu hektar, sekitar 60% wilayahnya masih hutan yang asri dan terpelihara dengan baik.

Polusi Udara, polusi suara dan segala sesuatu yang negatif bawaan dari perkotaan adalah hal yang nihil di desa ini.

Polusi Udara, polusi suara dan segala sesuatu yang negatif bawaan dari perkotaan adalah hal yang nihil di desa ini.

Warga Tenganan tidak membeli rumah. Bagi pasangan baru menikah disediakan tanah oleh desa yang bisa dibangun sendiri menjadi rumah.

Warga Tenganan tidak membeli rumah. Bagi pasangan baru menikah disediakan tanah oleh desa yang bisa dibangun sendiri menjadi rumah.

Proses pembuatan kain tenun Gringsing yang telah mendunia setelah menjadi cenderamata bagi para peserta KTT G20.

Proses pembuatan kain tenun Gringsing yang telah mendunia setelah menjadi cenderamata bagi para peserta KTT G20.

Kain tenun Gringsing tergolong langka karena pembuatan sekitar dua bulan, dan untuk motif ikat ganda bisa hingga 2-5 tahun.

Kain tenun Gringsing tergolong langka karena pembuatan sekitar dua bulan, dan untuk motif ikat ganda bisa hingga 2-5 tahun.

Di tengah hutan Tenganan, ada peternakan lebah Trigona Bee Farm. Spot ini biasa menjadi tempat istirahat dalam Tenganan Trekking.

Di tengah hutan Tenganan, ada peternakan lebah Trigona Bee Farm. Spot ini biasa menjadi tempat istirahat dalam Tenganan Trekking.

Trigona Bee Farm menyajikan Teh dari Secang yang dicampur oleh Madu Kale, madu yang dikumpulkan lebah Trigona yang tidak memiliki sengat.

Trigona Bee Farm menyajikan Teh dari Secang yang dicampur oleh Madu Kale, madu yang dikumpulkan lebah Trigona yang tidak memiliki sengat.

Berbeda dengan wilayah lain di Bali, Kerbau menjadi binatang suci di Desa Tenganan. Kerbau ini hidup bebas dan tidak pernah diikat sepanjang hari.

Berbeda dengan wilayah lain di Bali, Kerbau menjadi binatang suci di Desa Tenganan. Kerbau ini hidup bebas dan tidak pernah diikat sepanjang hari.

Setahun sekali krama Desa Adat Tenganan Pagringsingan mengurbankan seekor kerbau saat upacara Usaba Sambah.

Setahun sekali krama Desa Adat Tenganan Pagringsingan mengurbankan seekor kerbau saat upacara Usaba Sambah.

Setiap hari ratusan hingga ribuan turis datang ke Desa Tenganan, baik untuk mencoba jalur pendakian Tenganan Trekking maupun sekedar menikmati desa.

Setiap hari ratusan hingga ribuan turis datang ke Desa Tenganan, baik untuk mencoba jalur pendakian Tenganan Trekking maupun sekedar menikmati desa.

Kerajinan lukisan daun lontar khas desa Tenganan

Kerajinan lukisan daun lontar khas desa Tenganan

Dengan luas wilayah desa 917 ribu hektar, sekitar 60% wilayahnya masih hutan yang asri dan terpelihara dengan baik.
Polusi Udara, polusi suara dan segala sesuatu yang negatif bawaan dari perkotaan adalah hal yang nihil di desa ini.
Warga Tenganan tidak membeli rumah. Bagi pasangan baru menikah disediakan tanah oleh desa yang bisa dibangun sendiri menjadi rumah.
Proses pembuatan kain tenun Gringsing yang telah mendunia setelah menjadi cenderamata bagi para peserta KTT G20.
Kain tenun Gringsing tergolong langka karena pembuatan sekitar dua bulan, dan untuk motif ikat ganda bisa hingga 2-5 tahun.
Di tengah hutan Tenganan, ada peternakan lebah Trigona Bee Farm. Spot ini biasa menjadi tempat istirahat dalam Tenganan Trekking.
Trigona Bee Farm menyajikan Teh dari Secang yang dicampur oleh Madu Kale, madu yang dikumpulkan lebah Trigona yang tidak memiliki sengat.
Berbeda dengan wilayah lain di Bali, Kerbau menjadi binatang suci di Desa Tenganan. Kerbau ini hidup bebas dan tidak pernah diikat sepanjang hari.
Setahun sekali krama Desa Adat Tenganan Pagringsingan mengurbankan seekor kerbau saat upacara Usaba Sambah.
Setiap hari ratusan hingga ribuan turis datang ke Desa Tenganan, baik untuk mencoba jalur pendakian Tenganan Trekking maupun sekedar menikmati desa.
Kerajinan lukisan daun lontar khas desa Tenganan

Bloomberg Technoz, Jakarta - Ketika menginjakan kaki di Desa Tenganan yang berlokasi di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, kita seolah-olah tidak seperti berada di Bali. Di dalam Desa ini tidak ada hotel, villa, resort, bar, hingga kendaraan roda empat, seperti yang kita lihat di wilayah Desa Kuta, Seminyak, Sanur, hingga Ubud.

Polusi udara, polusi suara dan segala sesuatu yang negatif bawaan dari perkotaan adalah hal yang nihil di desa ini. Yang ada adalah sebuah kesederhanaan, keramahan, dan komitmen tinggi untuk merawat tradisi dan budaya selama ratusan tahun. 

Sebagai Desa Bali Aga, Tenganan memiliki hukum adat yang ketat dalam merawat alam agar tidak punah karena tergoda pembangunan dengan kedok kemajuan zaman. Dengan luas wilayah desa 917 ribu hektar, sekitar 60% wilayahnya masih hutan yang asri dan terpelihara dengan baik.

Takk ada satupun pohon di dalam hutan yang boleh ditebang. Bila melanggar, maka hukum adat siap menanti. Bahkan ada empat komoditas di hutan Tenganan yang hasilnya tidak boleh dipanen untuk kepentingan pribadi, meskipun tumbuh di tanah sendiri. Empat komoditas ini adalah Durian, Kemiri, Kluwak, dan Teep.

Desa ini takk mengenal sertifikat hak milik meskipun desa menyediakan tanah untuk seluruh warga. Tanah itu bisa digunakan untuk membangun rumah ataupun digarap menjadi pertanian ataupun ladang. Ini yang menyebabkan tidak ada alih fungsi hutan atau lahan di Desa Tenganan, yang telah menjadi masalah di berbagai wilayah Bali.

Meskipun terkesan tertutup dari budaya luar, namun Desa Tenganan tidak pernah menutup pintu untuk kedatangan tamu, termasuk wisatawan lokal dan asing. Setiap hari ratusan hingga ribuan wisatawan datang ke Desa Tenganan, baik untuk mencoba jalur pendakian Tenganan Trekking maupun sekedar menikmati desa Bali Aga ini. Tak heran, desa ini cukup sejahtera untuk membiayai semua upacara adat, termasuk yang terkenal dan jadi buruan para turis, Perang Pandan.

Dari Desa Tenganan kita belajar tradisi dan budaya kuno tak harus lekang oleh kemajuan zaman. Bahkan bisa jadi tradisi dan budaya ini yang menjadi benteng kuat dalam melawan keserakahan pembangunan.

(dba/dre)