Logo Bloomberg Technoz

Potret PLTU Suralaya yang akan Disuntik Mati untuk Atasi Polusi

Andrean Kristianto
04 September 2023 13:49

Suasana pemukiman dengan latar PLTU Suralaya di Merak, Cilegon, Banten, Rabu (30/8/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Suasana pemukiman dengan latar PLTU Suralaya di Merak, Cilegon, Banten, Rabu (30/8/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Pemerintah memutuskan untuk mematikan PLTU Suralaya. (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Pemerintah memutuskan untuk mematikan PLTU Suralaya. (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Penutupan ini sebagai upaya pemerintah menekan polusi udara yang terjadi di DKI Jakarta dan sekitarnya. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Penutupan ini sebagai upaya pemerintah menekan polusi udara yang terjadi di DKI Jakarta dan sekitarnya. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

PLTU Suralaya dibangun sejak 1982 dan berlokasi di Desa Suralaya, Cilegon, Banten. (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

PLTU Suralaya dibangun sejak 1982 dan berlokasi di Desa Suralaya, Cilegon, Banten. (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Unit pembangkitan Suralaya pertama kali dibangun pada 1984 dengan 2 pembangkit. (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Unit pembangkitan Suralaya pertama kali dibangun pada 1984 dengan 2 pembangkit. (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Kini, PLTU tersebut berkembang hingga mencapai 8 unit dan memiliki kapasitas hingga 4.025 MW. (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Kini, PLTU tersebut berkembang hingga mencapai 8 unit dan memiliki kapasitas hingga 4.025 MW. (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Suasana pemukiman dengan latar PLTU Suralaya di Merak, Cilegon, Banten, Rabu (30/8/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Pemerintah memutuskan untuk mematikan PLTU Suralaya. (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Penutupan ini sebagai upaya pemerintah menekan polusi udara yang terjadi di DKI Jakarta dan sekitarnya. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
PLTU Suralaya dibangun sejak 1982 dan berlokasi di Desa Suralaya, Cilegon, Banten. (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Unit pembangkitan Suralaya pertama kali dibangun pada 1984 dengan 2 pembangkit. (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Kini, PLTU tersebut berkembang hingga mencapai 8 unit dan memiliki kapasitas hingga 4.025 MW. (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pemerintah memutuskan untuk mematikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara Suralaya Unit 1, 2, 3 dan 4. Penutupan ini sebagai upaya pemerintah menekan polusi udara yang terjadi di DKI Jakarta dan wilayah sekitarnya.

Namun Menteri Badan Usaha Miliki Negara (BUMN) Erick Thohir berpendapat bahwa penutupan PLTU tak serta-merta dapat mengurangi polusi udara yang belakangan kian memburuk.

Erick mengatakan, meski pemerintah sudah berupaya mengurangi polusi dengan menyuntik mati sebagian PLTU Suralaya, langkah tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas udara yang masih buruk hingga kini.

"Oke, [mungkin] PLTU sekarang disalahkan. Kita matikan Suralaya 1,2,3, dan 4. Namun, di data terakhir, [penutupan PLTU itu] tidak mengurangi polusi ternyata," ujarnya dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, Kamis (31/8/2023).

Untuk diketahui, PLTU Suralaya dibangun sejak 1982 dan berlokasi di Desa Suralaya, Cilegon, Banten dengan nama PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkit Surlaya. Unit pembangkit Suralaya pertama kali dibangun pada 1984 dengan 2 pembangkit dan terus ditingkatkan hingga menjadi 7 pembangkit dengan total kapasitas terpasang 3.440 megawatt (MW).

Kini, PLTU tersebut berkembang hingga mencapai 8 unit dan memiliki kapasitas hingga 4.025 MW.

Menteri KLH Siti Nurbaya sebelumnya menyebutkan bahwa sumber pencemaran udara di wilayah Jabodetabek disebabkan oleh emisi transportasi sebesar 44%, dan 34% melalui PLTU.

(dre/ezr)