Logo Bloomberg Technoz

Kekeringan, Produksi Kedelai Argentina Merosot

News
10 April 2023 09:54

Pekerja meihat tanaman kedelai yang terkena dampak kekeringan di San Jose de la Esquina, Argentina, Kamis (6/4/2023). (Natalia Favre/Bloomberg)

Pekerja meihat tanaman kedelai yang terkena dampak kekeringan di San Jose de la Esquina, Argentina, Kamis (6/4/2023). (Natalia Favre/Bloomberg)

Argentina sedang dilanda kekeringan parah yang berdampak besar pada sektor pertanian dan peternakan. (Natalia Favre/Bloomberg)

Argentina sedang dilanda kekeringan parah yang berdampak besar pada sektor pertanian dan peternakan. (Natalia Favre/Bloomberg)

Kondisi ini menyebabkan kerusakan pada tanaman saat musim panen dimulai. (Natalia Favre/Bloomberg)

Kondisi ini menyebabkan kerusakan pada tanaman saat musim panen dimulai. (Natalia Favre/Bloomberg)

Curah hujan turun lebih dari 50% dari rata-rata, sehingga hasil panen  akan memiliki kualitas yang lebih rendah. (Natalia Favre/Bloomberg)

Curah hujan turun lebih dari 50% dari rata-rata, sehingga hasil panen akan memiliki kualitas yang lebih rendah. (Natalia Favre/Bloomberg)

Industri kedelai yang merupakan sektor pertanian terbesar Argentina akan memiliki angka produksi terendah dalam 23 tahun. (Natalia Favre/Bloomberg)

Industri kedelai yang merupakan sektor pertanian terbesar Argentina akan memiliki angka produksi terendah dalam 23 tahun. (Natalia Favre/Bloomberg)

Situasi ini memaksa para petani untuk berjuang demi bertahan hidup. (Natalia Favre/Bloomberg)

Situasi ini memaksa para petani untuk berjuang demi bertahan hidup. (Natalia Favre/Bloomberg)

Menurut Layanan Cuaca Nasional negara itu, Argentina mengalami musim panas terpanas sejak tahun 1961.  (Natalia Favre/Bloomberg)

Menurut Layanan Cuaca Nasional negara itu, Argentina mengalami musim panas terpanas sejak tahun 1961. (Natalia Favre/Bloomberg)

Pekerja meihat tanaman kedelai yang terkena dampak kekeringan di San Jose de la Esquina, Argentina, Kamis (6/4/2023). (Natalia Favre/Bloomberg)
Argentina sedang dilanda kekeringan parah yang berdampak besar pada sektor pertanian dan peternakan. (Natalia Favre/Bloomberg)
Kondisi ini menyebabkan kerusakan pada tanaman saat musim panen dimulai. (Natalia Favre/Bloomberg)
Curah hujan turun lebih dari 50% dari rata-rata, sehingga hasil panen  akan memiliki kualitas yang lebih rendah. (Natalia Favre/Bloomberg)
Industri kedelai yang merupakan sektor pertanian terbesar Argentina akan memiliki angka produksi terendah dalam 23 tahun. (Natalia Favre/Bloomberg)
Situasi ini memaksa para petani untuk berjuang demi bertahan hidup. (Natalia Favre/Bloomberg)
Menurut Layanan Cuaca Nasional negara itu, Argentina mengalami musim panas terpanas sejak tahun 1961.  (Natalia Favre/Bloomberg)

Bloomberg,  Argentina sedang dilanda kekeringan parah yang berdampak besar pada sektor pertanian dan peternakan. Kondisi ini menyebabkan kerusakan tanaman saat musim panen dimulai.

Argentina memang tengah mengalami anomali cuaca dalam dua tahun terakhit. Curah hujan di negara ini turun lebih dari 50% rata-rata normal. Hal ini diprediksi akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas hasil panen pertanian. Sejumlah petani pun harus mulai mencari strategi bertahan hidup usai pendapatan dari panen merosot tajam.

Dalam laporan mingguan, Bursa Komoditas Buenos Aires menyatakan, produksi kedelai tahun ini diperkirakan mencapai sekitar 25 juta ton, turun 44% dari rata-rata lima siklus panen terakhir. Sementara itu, produksi gandum juga diperkirakan hanya 36 juta ton,  atau turun 31% dari tahun sebelumnya.

Padahal, 87% dari produksi komoditas pertanian Argentina adalah kedelai, gandum, dan jagung. Menurut Bursa Perdagangan Rosario, Argentina diperkirakan akan mengalami kerugian mencapai US$ 14,14 miliar. Konsorsium Eksperimen Pertanian Regional, laporan terbarunya, mengatakan kondisi saat ini akan menyebabkan kerugian ekspor hampir US$ 20,5 miliar.

Menurut Layanan Cuaca Nasional, Argentina memang mengalami musim kemarau paling panas sejak 1961. Warga Ibu Kota Buenos Aires bahkan menghadapi musim panas dengan suhu paling tinggi sejak 1906.

(bbn)